Saturday, February 4, 2012

Gitar dan Dewa Budjana


Jika bertanya siapa soulmate Dewa Budjana kepada Denny Sakrie (pengamat musik), pastilah jawabnya adalah gitar. Gitar adalah sebuah kehormatan dan harga diri. Ini diperlihatkan ketika menggelar konser tunggalnya di Gedung Kesenian Jakarta, yang dibarengi peluncuran buku Gitarku, Hidupku, Kekasihku. Kekaguman dan luapan rasa cinta Budjana terhadap sosok wanita juga sangat terasa dalam beberapa komposisi karyanya. Pada saat itu Budjana menggunakan 8 gitar kesayangannya, termasuk gitar Parker Fly yang diberinya nama Saraswati.

Siapa yang tak kenal Dewa Budjana? Malang melintang di dunia musik Indonesia dengan sejuta karya. Gitaris, komposer sekaligus produser. Pria kelahiran 30 Agustus 1963 di Waikubak, Sumba Barat ini telah mengakar di band GIGI lantaran perannya sebagai gitaris dan pencipta lagu. Tak pelak kesuksesan band yang didirikannya bersama Armand Maulana ini tak lepas dari tangan dingin Budjana.

Ia mampu menyatukan kekuatan musik rock dan pop secara bersama-sama. Musikalisasi dari petikan gitarnya membawa ia menjadi salah satu gitaris top papan atas Indonesia. Bakatnya telah terlihat sejak ia duduk di bangku sekolah dasar di Klungkung Bali. Keinginannya untuk belajar gitar sangat dominan, sampai-sampai ia harus mencuri uang neneknya pada saat usia 11 tahun untuk membeli gitar seharga Rp 10.000 saat itu.

Sejak saat itulah Budjana kecil tidak memiliki semangat untuk bersekolah karena baginya gitar adalah nomor satu. Belajar otodidak, dia mampu dengan cepat dan mahir memainkan lagu Deddy Dores berjudul “Hilangnya Seorang Gadis” dan lagunya The Rollies berjudul “Setangkai Bunga”.

Ketika pindah ke Surabaya pada tahun 1976, ia semakin bergairah bermain musik. Namanya pun mulai dikenal di Surabaya. Jalannya menggapai mimpi ia mulai dengan mengambil kursus musik klasik dan bergabung dengan sebuah band jazz pertama. Kemudian, pada tahun 1981 dia membeli sebuah gitar listrik ( Aria Pro II) dan mulai bermain musik dengan banyak orang yang berbeda. Perlahan-lahan gaya musiknya mulai berubah dari rock, pop ke jazz. Saat itu ia mulai terpengaruh oleh John McLaughlin dari Mahavishnu Orchestra, Chick Corea, Gentle Giant, Kansas, Tangerine Dream, American Garage, Pat Metheny dan Allan Holdsworth.

Kelihaiannya memetik gitar membuahkan hasil. Bersama bandnya ‘Squirrel’, Dewa Budjana memulai karirnya sebagai gitaris komposer, padahal ia masih duduk di bangku SMA. Ketika band lokal jazz memainkan lagu-lagu popular dari band lain, ia menciptakan komposisi Nusa Damai yang membawa bandnya menjadi Band Terbaik di Light Music Contest pada 1984 yang diselenggarakan di Teater Terbuka, Taman Ismail Marzuki. Ia pun menjadi pemain gitar terbaik.

Setahun kemudian, ia hijrah ke Jakarta dan membawanya ke Jack Lesmana seorang legenda jazz Indonesia yang memperkenalkannya kepada musisi profesional lainnya. Dari beliau Budjana banyak mengenal dan mendapatkan pengetahuan mengenai filosofi-filosofi dalam bermain jazz, termasuk tentu saja bermain standard jazz dengan lebih baik.

Beruntung tidak berapa lama setelah itu Budjana mulai banyak mendapatkan tawaran untuk mengisi rekaman-rekaman kaset seperti pada album solo Indra Lesmana, Catatan si Boy II, Andre Hehanussa, Heidy Yunus, Memes, Chrisye, Mayangsari, Dewi Gita, Desy Ratnasari, Potret, Trakebah, Caesar (Deddy Dores), Nike Ardila dan lain-lain.
Sebelum bergabung dengan GIGI, ia sempat bergabung ke Spirit band dan sempat merilis dua album, yang pertama berjudul "Spirit" dan yang ke dua berjudul "Mentari".  Ia memutuskan keluar dan bergabung dalam Java Jazz (Indra Lesmana). Tak hanya itu, ia juga sempat bermain dengan banyak band seperti Jimmy Manopo Band, Erwin Gutawa Orkestra, Elfa's Big Band dan Twilite Orchestra.

Masih setia dengan GIGI yang dibentuknya pada tahun 1994 bersama Baron (gitar), Thomas (bass), Armand Maulana (vokal) dan Ronald (drum). Bersamaan dengan GIGI di album yang ke enam, Budjana mencoba meneruskan cita-citanya yang dulu yaitu membuat album solo jazz. Sejak saat itu Budjana telah merilis sebanyak 4 album solo yang berjudul : Nusa Damai, Gitarku, Samsara dan Home yang merupakan album penghormatan kepada korban bencana Tsunami.

No comments: