Saturday, January 23, 2010

Dari Pisang hingga Tangkur Buaya


>> Mitos Pembangkit Gairah Seksual

Sebanyak 20 tusuk sate kambing telah dihabiskan si Ujang malam tadi. Kepalanya pusing tidak keruan, katanya demi istri tercinta biar tidak uring-uringan lagi karena kurang optimal ber”aksi” di ranjang. Padahal kemarin malam soto torpedo sapi juga sudah dilahapnya tapi kata istrinya kurang ampuh. Tidak kehabisan akal, ia masih ingat kata orangtua jaman dulu ditambah saran teman-temannya bahwa masih banyak makanan lain yang bisa meningkatkan gairah seksual.
Bukannya kuat di ranjang, ia malah pusing karena terlalu banyak makan daging kambing. Akhirnya, gagal pula rencana bulan madu kedua bersama istri tercinta. Ia lupa dokter telah mewanti-wantinya untuk menjaga makanan yang berpotensi menaikkan tekanan darahnya.
Tidak sedikit kasus seperti Ujang ditemukan nyata di masyarakat kita. Kepercayaan terhadap makanan-makanan tertentu seperti sate kambing, tangkur buaya, torpedo, pisang, kerang, empedu ular, dan masih banyak yang lainnya, dianggap Aphrodisiac atau zat pembangkit gairah seksual. “Logikanya di mana? Masak cuma sekali makan bisa langsung cespleng?” kata Dr Bona Simanungkalit, DHSM, M.kes, Pakar Seks and Drugs kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa semua itu adalah mitos yang berkembang dan terkonsep di pikiran dan benak setiap masyarakat. Inilah yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk melancarkan bisnisnya. Saat ini bertebaran iklan dan toko obat yang menjual berbagai macam benda yang menjanjikan khasiat mendorong libido.
“Pandangan keliru masyarakat ini perlu diluruskan. Ini hanyalah efek Plasebo. Jika percaya bahwa sesuatu bisa menyembuhkan, maka tubuh bereaksi positif terhadap benda yang diberikan, sehingga memberikan khasiat,” paparnya.
Beberapa makanan tertentu juga diasosiasikan seperti bentuk alat vital hanyalah suatu pembangkit agar fantasi seksual manusia bekerja dan akhirnya meningkatkan gairah seksual pengonsumsi.
Dalam pandangan Bona yang paling penting adalah kedua pasangan benar-benar siap secara biologis. Bona juga mengingatkan banyak informasi yang menyesatkan, seperti ukuran organ vital laki-laki dapat menentukan kepuasan pasangan. “Padahal ini keliru. Untuk apa ukurannya panjang tapi lemas?” Tingkat kekerasan (hardness) jauh lebih penting daripada ukuran, ungkap lulusan Edith Cowan University, Australia bidang Manajemen Pelayanan Kesehatan ini.
Bona menegaskan tidak perlu mengonsumsi makanan yang mengandung Aphrodisiac, yang paling penting kedua pasangan sehat jasmani dan rohani, memiliki pemahaman seksualitas yang baik, kedua pasangan sama-sama menikmati saat berhubungan intim, dan suasana mendukung. “Perlu dicamkan bahwa semua makanan Aphrodisiac itu hanyalah suplemen makanan. Bukan faktor utama penyebab gairah seksual meningkat,” pungkasnya.

No comments: