Sunday, October 17, 2010

Dakwah di Twitter

Media berbagi Rasa hingga Tawa

Seperti yang kita tahu, fungsi situs jejaring sosial adalah mempererat silaturahim antar teman, saudara jauh, teman kerja, hingga orang yang kita tidak kenal sekalipun di dunia nyata. Hal ini berlaku lintas kota, negara, ras, agama, dan suku. Melalui situs jejaring sosial, selain berbagi data diri dan kegemaran diri, di situs seperti Facebook, Twitter, Friendster, Koprol, dan masih banyak lagi yang lainnya pula berbagai aktivitas dapat dilakukan.
Seperti berbagi foto, musik, video, kata-kata bijak, catatan harian, hingga berbagai perkembangan terkini dari luar dan dalam negeri. Tak pelak situs jejaringpun menjadi suatu media yang efektif untuk berbagi banyak hal termasuk pemikiran dan hal-hal positif.
Aulia, seorang project manager di salah satu perusahaan IT di Jakarta mengaku memanfaatkan situs jejaring sosial sebagai ladang untuk berbagi pengalaman hidup sekaligus dakwah. Tak hanya twitter dengan akun @tausyiah275 saja, ia juga memiliki
sebuah blog, www.tausyiah275.blogsome.com yang berisi pengalaman hidupnya. “Sebenarnya tujuan saya menulis blog dan aktif di twitter adalah untuk menebus dosa. Masa lalu saya tidak begitu baik. Dan untuk menebusnya, saya pikir adalah dengan berbagi ilmu agama yang saya miliki dan ketahui,” ujar pria kelahiran Jawa Timur, 27 Mei itu.

Ia tidak berniat dakwah secara khusus, meski menurutnya pada dasarnya, setiap muslim mengemban misi dakwah. “Ayah dan kakek saya memang tokoh agama. Namun, selain saya mempelajari agama dari mereka, saya juga belajar sendiri di pengajian dan dari jalanan. Maksudnya saya sering memperhatikan pengamen, pengemis yang di jalanan dan terbetiklah sebuah artikel untuk bahan renungan kita semua. Beberapa saya masukkan ayat suci Al Qur`an agar apa yang saya tulis ada sumber dan dasarnya,” jelas pria yang besar di Bandung itu.

Meski tidak memiliki basic agama dari pesantren dan terkadang di cemooh karena berbagi pengalaman, ia tetap berbagi banyak notes di Blog, timeline di twitter, dan wall di FB. “Terus terang saya agak kesal ketika orang menyangsikan background ‘pesantren’ saya. Saya pikir siapapun bisa menjadikan situs jejaring ini sebagai ladang silaturahim, dakwah dan bisnis. Tidak membatasi,” pungkas pria yang tak mau disebut pendakwah itu.

No comments: