![]() |
Totopong Sunda model Barangbang Semplak. |
Generasi
muda adalah generasi penerus bangsa. Kemajuan suatu daerah bisa diukur dari
kecintaan generasi mudanya pada daerah tersebut. Nah, sejauh mana sih kecintaan kamu terhadap Bogor yang katanya kamu cinta banget
nih??
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk
mengungkapkan rasa cinta terhadap suatu daerah. Bisa dengan menjaga lingkungan
kamu tetap lestari, bersih dan indah, bisa juga dengan mencintai kebudayaan
daerah tersebut.
Salah satu cara untuk mencintai kebudayaan daerah
adalah lewat cara berpakaian. Bagi masyarakat Bogor khususnya laki-laki,
perwujudan rasa cinta itu bisa diwujudkan dengan mengenakan Totopong.
Apa sih Totopong? Jangan-jangan masih
banyak yang belum tahu apa itu totopong? Totopong disebut
juga dengan iket atau udeng. Totopong adalah kain penutup kepala –
biasanya bercorak batik– yang biasa digunakan para leluhur Sunda terdahulu.
Pemerhati budaya Bogor, Dadang Padmadiredja, mengatakan bahwa zaman dahulu
leluhur Sunda menggunakan totopong sebagai alat perlindungan diri dan
identitas.
Nah, biasanya totopong dikenakan oleh para
leluhur kala bercocok tanam yang fungsinya untuk melindungi kepala dari
sengatan panas matahari dan gangguan hewan. Tak hanya itu, totopong sebagai
simbol identitas itu dilihat dari ragam pola pengikatannya.
Beda cara mengikat maka berbeda pula bentuknya. Bentuk totopong itu ada yang disebut
Bendo, Porténg, Lohén, Barangbang Semplak atau Mantokan, Kuda Ngencar dan Paros
Nangka atau Kebo Modol.
Bentuk ikatan totopong juga menunjukkan
status sosial seseorang di masyarakat. Iket sebagai bagian dari kelengkapan anggoan
pameget (busana pria) memiliki nilai estetik tinggi. Iket sebagai tutup kepala
memiliki nilai yang lebih berharga dibandingkan dengan tutup kepala yang lain,
karena dalam proses pembentukannya memerlukan kejelian, keterampilan,
ketekunan, kesabaran dan rasa estetika yang tinggi dari pemakainya.
“Cara mengikat totopong antara bangsawan
dan rakyat berbeda,” kata Dadang di suatu kesempatan.
![]() |
Kang Dadang saat memakaikan Totopong ke Achmad Heryawan (kotabogor.co.id) |
Iket kepala ini juga menyimpan banyak cerita sejarah sekaligus menjadi
simbol perjuangan rakyat melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Totopong
dijadikan alat membedakan kelompok penjajah dan kelompok pejuang saat
terjadi perang. Maka dari itu, totopong juga menjadi simbol pemersatu
masyarakat dan pengobar semangat.
Dadang menjelaskan bahwa meski tampak sederhana, totopong
memiliki
makna filosofis yakni dapat dimaknai sebagai upaya seseorang
mengikat perbuatan baik dalam dirinya. Kepala, dalam budaya masyarakat Sunda,
merupakan bagian tubuh terpenting seseorang. Kepala kerap diidentikan dengan
kemuliaan yang difitrahkan.
“Ini wujud tanggungjawab masyarakat Bogor menjaga
kelestarian budayanya,” ujar Dadang.
Untuk mewujudkan makna filosofis tersebut sekaligus mengungkapkan kecintaan masyarakat Bogor serta melestarikan kebudayaan, Pemerintah Kota Bogor juga gencar mensosialisasikan penggunaan totopong kepada anak muda. Biasanya sosialisasi ini gencar saat HUT Kota bogor yang jatuh pada bulan Juni. Hari kamis pun dipilih sebagai “Hari Totopong”.
Untuk mewujudkan makna filosofis tersebut sekaligus mengungkapkan kecintaan masyarakat Bogor serta melestarikan kebudayaan, Pemerintah Kota Bogor juga gencar mensosialisasikan penggunaan totopong kepada anak muda. Biasanya sosialisasi ini gencar saat HUT Kota bogor yang jatuh pada bulan Juni. Hari kamis pun dipilih sebagai “Hari Totopong”.
![]() |
Para Biker dari Biker Network di Balaikota Bogor (kotabogor.co.id) |
Penggunaan totopong juga pernah
dilakukan oleh Bambang S. Sudirman dari Biker Network Indonesia saat
pelaksanaan pencetusan Rekor MURI Duta Lalulintas di Lapangan Sempur Kota Bogor,
beberapa waktu lalu.
Waktu itu Dadang juga memakaikan totopong ke
kepala Gubernur Jawa Barat, Achmad Heryawan yang datang menggunakan kendaraan
Vespa. Dia juga sangat mendukung rencana penggunaan totopong
tersebut dalam perayaan Hari Jadi Bogor (HJB) ke 530 yang akan datang.
“Saya berharap totopong bisa menjadi ciri khusus dalam perayaan Hari Jadi Bogor,
karena selain murah, juga menjadi ciri khas urang Sunda,” ujar Achmad Heryawan.
Harga satu lembar kain totopong sendiri
boleh dibilang lumayan terjangkau. Selembar kain totopong bercorak batik
seukuran kira-kira 1,3 meter dan lebar sekitar 10 centimeter dijual dengan
harga Rp 15.000.
1 comment:
Makasih nih informasinya sangat berguna sekali gan...
Post a Comment