Monday, April 4, 2011

LEGO, Bukan Sekedar Mainan

Masih ingat mainan plastik yang bisa di lepas-pasang bernama Lego? Ya, mungkin mainan ini akrab di telinga Anda sewaktu kecil. Tapi sekarang, apa Anda mau memainkannya lagi jika diberi hadiah seperangkat mainan lego dengan konsep Star Wars?
Jika Anda bertanya kepada Adessta Bernike, dia akan menjawab YA!, dengan wajah yang sumringah. Kecintaannya dengan mainan asal Denmark ini seperti telah mendarah daging. Baginya, Lego bukanlah sekedar mainan.
Sejak tiga tahun yang lalu, ia mulai menata kembali memori masa kecil sewaktu TK diberi hadiah seperangkat mainan Lego oleh Ayahnya sepulang belajar dari Inggris.
“Ketika berjalan-jalan di Toys City Botani Square tiga tahun yang lalu dan melihat lagi mainan Lego. Tiba-tiba saya sangat menginginkannya dan kekasih saya (sekarang suami-red) akhirnya membelikannya sebagai hadiah ulang tahun,” ujarnya sambil mengingat.
Sejak saat itulah, mulailah ia menekuni hobi yang telah me’racun’inya (sebutan yang diberikan komunitas pecinta Lego bagi yang addict akan lego) itu.
Jangan pandang sebelah mata mainan yang memiliki forum khusus bagi pecintanya, KLI (Klub Lego Indonesia) itu. Saking cintanya, Desta, panggilan akrabnya pernah menghabiskan semua uang THR-nya hanya untuk melengkapi berbagai koleksi Legonya. “Sekitar enam juta, habis untuk beli Lego semua,” ungkap wanita kelahiran 10 Juni 1974 itu.

Stephanus, teman sesama pecinta Lego yang ikut menemani dalam sesi wawancara menjelaskan bahwa moto para AFOL (Adult Fans of Lego) adalah, “Lebih baik menyesal membeli daripada menyesal tidak membeli”. “Ini berarti, kita akan melakukan apapun agar koleksi Lego kita bisa semakin banyak. Lebih baik makan dikurangi daripada tidak beli Lego,” jelasnya lalu tertawa.
Dia berkata serius, pasalnya, ia atau Desta tidak pernah mengeluarkan budget khusus untuk membeli Lego. “Seadanya uang aja. Jadi tidak ada anggaran khusus. Kalau ada yang bagus, ya dibeli. Kalau uangnya tidak ada ya dicari,” papar pria yang khusus mengoleksi Mini Figure Lego itu.
Tak heran, koleksi Desta terdiri dari berbagai set dengan berbagai tema. City, Pirate, Creator, Sclupture, dan Modular House. Totalnya dalam nominal? Puluhan juta rupiah.
“Saya tak menyesal membeli semua ini. Karena semua yang saya mainkan sekarang, pasti akan dimainkan oleh anak saya. Lagipula ini adalah bentuk investasi saya juga karena nilai Lego akan terus meningkat setiap tahunnya karena sifatnya unlimited,” ujar calon ibu itu.
Lego-lego miliknya itu tersusun rapi dan disimpan dalam lemari kaca. Beberapa malah ada yang belum sempat dipasang dan tersegel rapi dalam kotaknya. Desta mengaku saat ini hambatan utama yang dialaminya adalah keterbatasan tempat untuk menyimpan lego. “Kalau bisa, beli Lego lalu bonus rumah. Karena ini adalah salah satu hambatan para pecinta Lego. Keterbatasan tempat untuk memajang hasil maha karya,” timpal Stephanus.

FB/Twitter Connect Gaya Baru Publikasi Anda


Pernah melihat seekor kartun burung kecil biru yang terbang dengan lucu atau sekedar bertengger di sebuah website yang Anda kunjungi? Ketika Anda mendekatinya dengan mouse (hover), maka cursor akan berubah menunjukkan suatu link. Itu adalah salah satu twitterconnect, sebuah tren yang berkembang dalam publikasi di dunia maya.

Dwiky (27), kerap kali berbagi informasi dari berbagai artikel yang ia baca di wall facebook-nya. Berbagai komentar dari artikel tersebut pun sering memenuhi wallnya. Tak sedikit temannya di dunia maya ikut meng-klik situs tersebut. Terus berkembang dan akhirnya diikuti oleh teman-temannya yang juga sering berbagai info atau artikel yang ia baca. Begitulah informasi yang bisa dibagi dengan mudahnya lewat situs sosial media.

Perkembangan situs sosial media benar-benar mengambil perhatian masyarakat luas dunia. Facebook dan Twitter menjadi wadah aspirasi, curhat dan berbagi informasi. Pengaruhnya luar biasa hingga bisa menjadi penggerak sebuah komunitas yang dapat memengaruhi keputusan sebuah negara terhadap suatu masalah.

Begitu kuat pengaruh situs sosial media tentu saja banyak dimanfaatkan oleh para pebisnis untuk mempromosikan produk atau jasa mereka. Mereka memanfaatkan peluang ini dengan menghubungkan website yang dimiliki dengan Facebook atau Twitter. Aplikasi ini dinamakan fbconnect atau twitterconnect.

Menurut Rama Ali, Marketing Manager PT. Pusatmedia Indonesia, aplikasi ini menjadi tren tersendiri di dunia maya. Katanya, sebuah website menjadi lebih dikenal oleh masyarakat dengan adanya aplikasi ini.

“Perhatian masyarakat sangat besar kepada situs sosial media. Ini menjadi cara yang praktis untuk memperkenalkan sebuah produk atau menginformasikan suatu hal agar lebih banyak lagi yang tahu. Situs sosial media menjadi jembatan penghubung yang efektif dan efisien,” ujar pria berkacamata itu.

Sederhannya, aplikasi ini membuat website yang kita miliki menjadi lebih interaktif dengan facebook atau twitter. Misal kita bisa membuat koneksi antara facebook dengan wordpress ataupun facebook dengan blogspot. Contoh lain adalah sebuah situs berita yang kerap kali dikunjungi memasang aplikasi ini. Ketika kita berkomentar pada suatu berita, fb connect dengan otomatis mengirimkan feed (umpan balik-red) dari berita yang terkomentari pada wall kita.

Tambah Rama, jika pada 2010 facebook merajai situs sosial media, maka di 2011 Twitter akan melejit menjadi situs sosial media yang paling banyak digemari. Ini berarti twitterconnect lebih digemari daripada fbconnect.

Semakin banyak orang yang online dengan smartphone. Jika sebuah situs atau website dibuka via hp, aplikasi facebook lebih berat ketimbang twitter yang menyandang mikroblogging. Tentu saja waktu yang digunakan akan lebih cepat dan ringan, sehingga lebih mudah membuka situs yang diinginkan lewat handphone,


Tertarik berbisnis di situs media online?