Tuesday, February 8, 2011

Virtual in Love

Kisah Cinta Berawal dari Dunia Maya



Nggak pernah ketemu, cuma ngobrol dan sedikit kata-kata manis serta diyakinkan dengan foto yang notabene bisa saja dimanipulasi. Semua bisa terjadi, sekalipun jatuh cinta di dunia maya. Sudah banyak kenyataan, bahwa dunia maya alias internet dijadikan mak comblang virtual yang efektif untuk mencari jodoh.
Jika dulu banyak yang memuat iklan diri atau ikut biro jodoh di media cetak, kini hal itu semakin surut dan digantikan dengan fasilitas internet. Dengan internet, kita dapat berkomunikasi akrab dengan seseorang di dunia maya melalui fasilitas chat, email, berbagi cerita, pengalaman, dan foto. Bermula dari obrolan ringan, banyak yang menemukan kecocokan dalam berkomunikasi. Tak jarang, mereka mencurahkan isi hatinya melalui chat. Bahkan, mereka bisa tersenyum dan menangis di depan laptop. Kebiasaan ini, tanpa disadari menimbulkan benih-benih cinta atau rasa suka kepada teman chat di dunia maya.
Disengaja ataupun tidak, internet menjadi mak comblang bagi Riski dan Bisri. Berbeda dengan kebanyakan orang yang mendapat jodoh melalui chat atau berbagi pengalaman di Yahoo Messenger, Facebook atau Myspace, kedua sejoli ini bertemu di games online Emil Chronicle Online (E.C.O). Lucunya, Riski (wanita) yang memang menyukai games online, bermain dengan memakai karakter laki-laki. Tak disangka, Basri memberikan perhatian khusus dan seiring berjalannya waktu, mereka nyaman satu sama lain.
“Aku nggak mau diganggu cowok ketika aku pakai karakter perempuan. Ternyata, meski aku memakai karakter laki-laki, Basri tahu aku perempuan dan dia jatuh cinta sama aku. Padahal waktu itu kita belum bertemu,” ujar Riski, mahasiswa Fakultas Hukum Tarumanegara itu.
Seperti kebanyakan hubungan dunia maya lainnya, mereka akhirnya kopi darat setelah berkomunikasi lewat telepon tak lama setelah Riski akhirnya mengaku identitas aslinya. Pas ketika tahun baru 2010 akhirnya mereka jadian. “Aku nyaman sama dia dan kita bisa saling mengerti kebiasaan maisng-masing. Meski jauh, kami bisa melewatinya dan doakan juga kami bisa langgeng untuk seterusnya,” ujar gadis kelahiran 17 Januari 1989 itu.

Tampil Lentik dengan Eyelash Extention

Seperti kata pepatah, mata adalah jendela dunia. Begitu penting fungsi mata sehingga perlu dirawat dengan baik. Tak heran apabila beberapa orang, khususnya wanita juga fokus terhadap riasan mata untuk memberikan efek dramatis pada struktur wajah. Salah satu komponen penting mata adalah bulu mata. Dipercaya, dengan bulu mata yang panjang, hitam, dan tebal, kecantikan wanita akan bertambah. Otomatis, percaya diri juga akan semakin meningkat.
Kini, untuk memenuhi kebutuhan itu sekaligus mengikuti tren yang diaplikasikan oleh para seleb dunia dalam mempercantik diri, ada yang namanya Eyelash Extention. Seperti hair extention, yakni menyambung rambut. Eyelash extention adalah menanam bulu mata dengan serat polyester sintetis agar mendapatkan bulu mata yang lebih panjang dan tebal.
Seperti Ririn, wanita karir yang mencari nafkah di ibukota Jakarta ini menganggap penampilan adalah salah satu hal yang harus diperhatikan sebagai modal tambahan dalam dunia karir. Ia mengeluh akan bulu matanya yang pendek dan tipis. Akhirnya ia pun mencoba tanam bulu mata palsu untuk memperbaiki penampilannya.
“Aku coba tanam bulu mata di daerah Karawaci tahun lalu (2009) karena awalnya diajak teman. Setelah dua jam, mataku memang benar-benar bagus jadinya. Nggak usah repot pakai mascara atau dijepit lagi biar lentik,” ujar wanita berambut panjang ini.
Meski prosesnya tergolong lama yakni 1,5 jam, karena bulu mata palsu harus ditanam satu persatu, hasil yang didapatkan bisa memuaskan kaum hawa. Terbukti, dalam seminggu, sebanyak 30 orang menjadi langganan tanam bulu mata palsu di Earth Living Day Spa, Jl. Salak No.42, Bogor.


“Treatment yang paling laris di sini ya eyelash extention. Orang Bogor lebih melek tren daripada orang Jakarta yang biasanya lebih fokus kepada perawatan tubuh seperti spa,” ujar Septiana Ika Hidayati, Supervisor Earth Living kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dalam teknik ini, bulu mata sintesis direkatkan ke setiap helai bulu mata asli menggunakan lem khusus (cyanoacrylate adhesive), dan tetap menempel kuat meski dibawa tidur, mandi, ataupun berenang. Sekali pemasangan, pelanggan dikenakan biaya Rp 100.000 dan Rp 75.000 untuk member di kedua kelopak matanya.
“Mereka bisa pilih ketebalan dan panjang bulu mata palsu yang akan dipasang. Kami memiliki bulu mata extension dengan panjang 8, 10, hingga 12 ml. Dan yang paling banyak digemari adalah 8 ml. Bisa tahan hingga satu bulan, itu juga kalau mereka orang yang apik merawat bulu mata palsunya,” pungkasnya.

Kok Menyebrang di bawah jembatan penyebrangan?

Salah satu jembatan penyebrangan di Jakarta. Sumber : Google
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Kota Bogor belum berfungsi maksimal sebagai tempat penyeberangan. Buktinya, sampai saat ini masih banyak kemacetan di area jembatan penyeberangan, salah satunya yang terlihat di Jalam Padjajaran dekat Botani Square, Jalan Paledang maupun Jalan Veteran.
Khusus di Jalan Pajajaran, kemacetan berasal dari angkot yang berhenti saat lampu hijau karena menunggu penumpang yang menyeberang dari Botani Square atau kampus IPB Baranangsiang. Padahal, jika JPO bisa dimaksimalkan, kemacetan bisa dihindari dan ketertiban akan terwujud.
Padahal dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum sudah diatur masalah penertiban penyeberangan jalan. Dalam bagian kedua pasal 5 ayat 1 menyebutkan : “Setiap pejalan kaki yang akan menyeberang jalan wajib menggunakan sarana jembatan orang, marka penyeberangan (zebra cross) dan atau terowongan (under pass).”
Lalu dilanjutkan dengan ayat 2 yang menyebutkan : “Setiap orang yang memakai jasa angkutan di jalan umum wajib naik atau turun dari kendaraan pada tempat pemberhentian yang telah ditetapkan.”
Berbagai alasan melatarbelakangi warga untuk tidak menggunakan JPO, diantaranya kondisi fisiknya yang kotor, banyaknya pengemis, kurangnya keamanan, tinggi, hingga jauh. Saat ini yang terlihat beberapa jembatan hanya dipergunakan sebagai media iklan produk.
Menurut Kepala Bidang Pengendalian Dispenda Kota Bogor, R.An An Adri Hikmat, fasilitas JPO yang dibangun pemerintah berfungsi utama sebagai keamanan masyarakat. Adapun masyarakat yang tidak memanfaatkannya sebagai sikap tidak patuh pada aturan pemerintah.
“Tidak sedikit pun pemerintah membangun fasilitas kalau tidak untuk kesejahteraan masyarakat. Adapun dana pemasangan papan reklame di jembatan, masuk ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dipakai untuk pembangunan infrastruktur lainnya,” ujarnya ketika dihubungi oleh Jurnal Bogor.
An an menambahkan, pembatas jalan yang dibangun belum maksimal sebab pembatas jalan yang terbuat dari besi seringkali dirusak. “Niatan awal untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat seringkali dirusak. Intinya butuh kesadaran yang tinggi bagi warga untuk menggunakan JPO,” pungkasnya.

Kusta Masih Ada!!!

Di tengah modernisasi ternyata masih ditemukan warga Kota Bogor yang menderita penyakit kusta. Bahkan menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, pada tahun 2010 lalu tercatat sebanyak 20 warga Kota Bogor menderita penyakit kusta. Dan di awal tahun 2011 ini, bertambah lagi dua orang di Kelurahan Cibadak.
Masih menurut Dinas Kesehatan, Kelurahan Tanah Baru dan Kecamatan Bogor Utara merupakan wilayah yang paling banyak terdapat penderita penyakit kusta yaitu sebanyak 7 orang. Menurut Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Kota Bogor, Eddy Darma, angka penderita kusta di Kota Bogor relatif stabil.
“Data yang kami dapat berasal dari berbagai tindakan seperti survey langsung dan laporan dari setiap kelurahan di Kota Bogor, maupun rujukan rumah sakit dan dokter spesialis,” ujar Eddy kepada Jurnal Bogor, Senin (24/1), bertepatan dengan peringatan hari Kusta Sedunia.
Menurut Eddy, penyakit kusta merupakan penyakit menahun dan merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menanggulanginya. Karena itu, pihak Dinas Kesehatan juga secara konsisten di setiap awal tahun ajaran baru melakukan survey ke sekolah- sekolah dasar untuk mendeteksi sejak dini dan mengobatinya selama sembilan bulan secara gratis.
Contoh penderita Kusta yang kehilangan jarinya. Sumber : google.com
“Semakin dini di ketahui, semakin pula meminimalisir kecacatan akibat penyakit kusta. Jika seseorang kekurangan gizi, khususnya protein hewani, maka dia berpotensi lebih besar untuk tertular. Tubuh akan terhindar dari kuman mycobacterium Leprae,(penyebab kusta), asalkan asupan protein hewani mencukupi,” katanya.
Tak heran, jika penderita kusta berasal dari keluarga miskin yang sulit mendapatkan asupan dari protein hewani seperti ayam, ikan, dan daging. Selain itu, pengetahuan akan penyakit kusta ini turut mempengaruhi perkembangan penyakit menurun ini.
“Penyakit ini saya sebut menurun, bukan karena faktor genetik namun karena penyakit ini menular melalui sentuhan. Oleh karena itu, kami juga melakukan pemeriksaan kontak serumah bagi keluarga penderita penyakit kusta,” pungkasnya.
Keberhasilan pemberantasan kusta, lanjutnya, sangat ditentukan oleh pengobatan Multidrug Therapy (MDT) yang dapat menyembuhkan. Memutus mata rantai penularan serta mencegah terjadinya kecacatan.