Sunday, October 17, 2010

Lukisan Antik, Lebih Asik


Keindahan dari sebidang gambar dua dimensi dalam karya seni lukisan memang tak ternilai. Apalagi ketika sebuah lukisan bisa sanggup menyentuh hati. Mulai dari lukisan beraliran realisme, abstrak hingga naturalisme, berjejer di ruang kerja Camat Bogor Tengah, Drs. Firdaus, M.Si.
Keindahan lukisan bisa melepas penatnya dalam mengemban tanggung jawab sebagai kepala daerah. Sekitar tujuh lukisan, bergambar pemandangan, kota tempo dulu atau antik, kaligrafi arab, hingga lukisan potret menemani hari-hari Firdaus dalam bertugas.
“Sebenarnya ada sembilan lukisan, namun dua lukisan sedang dibingkai. Ketika saya melihat lukisan, ada rasa damai dan nyaman yang timbul dari hati saya. Dari situlah saya mulai menyukai berbagai aliran lukisan dan mulai mengoleksinya setahun belakangan ini,” ujarnya di sela-sela kesibukannya kepada Jurnal Bogor.
Total 27 lukisan terkumpul yang mengisi dinding-dinding rumah dan ruangan kerjanya. Mulai dari yang berharga Rp 2 juta hingga ratusan juta rupiah. “Salah satu lukisan saya ada yang ditawar hingga Rp 125 juta. Dan itu adalah lukisan kesayangan saya. Sampai berapapun saya tidak akan jual karena saya punya kenangan tersendiri dan keindahannya tak bisa tergantikan,” papar pria yang juga mengoleksi guci antik dari Cina itu.
Semakin banyak yang dikoleksi, ia pun semakin mengetahui anatomi masing-masing lukisan. Ia mengenal berbagai lukisan asli dan lukisan kualitas dua alias duplikat dari tanda tangan pelukisnya. “Detail lukisan dan setiap goresan sangat menetukan kualitas dan keasliannya. Setiap pecinta karya seni lukisan akan memahaminya. Sering-seringlah datang ke galeri untuk melihat karya asli, maka kita akan semakin mencintai dan mengenalnya,” beber pria yang juga memajang sepeda ontel di ruang kerjanya itu.
Lukisan yang ia miliki berasal dari pelukis Bogor hingga mancanegara. Sebut saja Mades, Drajat Purnomo, Maria Tjui, George Abdullah, GA. Kadir, Koempoel, dan Robert Gustav, dan Van Aken. “Saya sedang mengincar karya Affandi nih. Kalau lukisan saya sudah terkumpul banyak sekitar 50an, ingin sekali mengadakan pameran. Doakan saja,” pungkas pehobi Anthorium itu.

Planet Surf , Bawa Trend Dunia ke Bogor

Anak muda mana yang tidak tahu brand seperti Volcom, Spyderbilt, Insight, Rip Curl, Juice Ematic, Quick Silver, Billabong, Volcom, Oackley, dan Rusty? Brand kenamaan ini sudah santer namanya hingga ke telinga artis-artis papan atas Indonesia juga dunia. Planet Surf, sebagai outlet yang menyediakan berbagai brand tersebut memang tak diragukan lagi menhadirkan produk yang tak hanya nyaman dikenakan tapi juga fashionable. Kedatangannya di Bogor membawa angin segar bagi perkembangan mode dengan segmen anak muda itu.
“Brand di atas bukan brand sembarangan. Dimanapun Anda berada, Eropa, Amerika, Australia, Asia, pasti menemukan brand-brand di atas. Maka dari itu ketika Anda memakai salah satu produk Planet Surf, sama saja Anda mengikuti trend dunia yang sedang berjalan,” jelas Bruno, owner Planet Surf kepada Jurnal Bogor, belum lama ini.
Berbagai produk disediakan untuk memenuhi fashion anak muda masa kini. Mulai dari t-shirt, kemeja lengan panjang, kemeja lengan pendek, celana jeans, dompet, jam tangan, topi, kacamata, jam tangan, ikat pinggang, dress, rok, tas laptop, hingga koper dan backpack. “Dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mulai dari busana casual hingga semi formil dan berbagai keperluan, Planet Surf menyediakan busana dengan trend yang mendunia,” tambah Bruno.

Salah satu item terlaris Planet Surf adalah t-shirt Spyderbilt dan Volcom. Khusus untuk t-shirt Spyderbilt, Bruno menjelaskan bahwa Planet Surf memakai Pima Cotton, bahan katun termahal di dunia. “Dengan serat katun yang panjang, bahan t-shirt Spyderbilt ‘hand feel’ nya bagus dan sangat nyaman dikenakan. Makanya banyak pelanggan yang tak mau pindah ke lain hati,” jelas pria yang kini mengepalai hampir 40 outlet Planet Surf di seluruh Indonesia tersebut.
Tambahnya, Planet Surf merupakan pencipta trend anak muda. Hal ini dibuktikan dengan menyediakan busana yang disesuaikan dengan berbagai karakter pelanggan yang juga beraneka ragam. “Setiap orang memiliki stylenya masing-masing. Dan kami selalu terdepan dengan menghadirkan berbagai tren yang disesuaikan dengan karakter mereka, sehingga apa yang mereka pakai memang diciptakan untuk mereka,” pungkas pemilik outlet yang bermarkas di Bali ini.

Dakwah di Twitter

Media berbagi Rasa hingga Tawa

Seperti yang kita tahu, fungsi situs jejaring sosial adalah mempererat silaturahim antar teman, saudara jauh, teman kerja, hingga orang yang kita tidak kenal sekalipun di dunia nyata. Hal ini berlaku lintas kota, negara, ras, agama, dan suku. Melalui situs jejaring sosial, selain berbagi data diri dan kegemaran diri, di situs seperti Facebook, Twitter, Friendster, Koprol, dan masih banyak lagi yang lainnya pula berbagai aktivitas dapat dilakukan.
Seperti berbagi foto, musik, video, kata-kata bijak, catatan harian, hingga berbagai perkembangan terkini dari luar dan dalam negeri. Tak pelak situs jejaringpun menjadi suatu media yang efektif untuk berbagi banyak hal termasuk pemikiran dan hal-hal positif.
Aulia, seorang project manager di salah satu perusahaan IT di Jakarta mengaku memanfaatkan situs jejaring sosial sebagai ladang untuk berbagi pengalaman hidup sekaligus dakwah. Tak hanya twitter dengan akun @tausyiah275 saja, ia juga memiliki
sebuah blog, www.tausyiah275.blogsome.com yang berisi pengalaman hidupnya. “Sebenarnya tujuan saya menulis blog dan aktif di twitter adalah untuk menebus dosa. Masa lalu saya tidak begitu baik. Dan untuk menebusnya, saya pikir adalah dengan berbagi ilmu agama yang saya miliki dan ketahui,” ujar pria kelahiran Jawa Timur, 27 Mei itu.

Ia tidak berniat dakwah secara khusus, meski menurutnya pada dasarnya, setiap muslim mengemban misi dakwah. “Ayah dan kakek saya memang tokoh agama. Namun, selain saya mempelajari agama dari mereka, saya juga belajar sendiri di pengajian dan dari jalanan. Maksudnya saya sering memperhatikan pengamen, pengemis yang di jalanan dan terbetiklah sebuah artikel untuk bahan renungan kita semua. Beberapa saya masukkan ayat suci Al Qur`an agar apa yang saya tulis ada sumber dan dasarnya,” jelas pria yang besar di Bandung itu.

Meski tidak memiliki basic agama dari pesantren dan terkadang di cemooh karena berbagi pengalaman, ia tetap berbagi banyak notes di Blog, timeline di twitter, dan wall di FB. “Terus terang saya agak kesal ketika orang menyangsikan background ‘pesantren’ saya. Saya pikir siapapun bisa menjadikan situs jejaring ini sebagai ladang silaturahim, dakwah dan bisnis. Tidak membatasi,” pungkas pria yang tak mau disebut pendakwah itu.